popofmystory

Story About Single Life, Relationship & Marriage

Cinta Saja Tidak Cukup Untuk Membangun Pernikahan

√


Cinta saja tidak cukup untuk membawamu dalam pernikahan


Saat masa kanak-kanak, kupikir menikah itu mudah. Bertemu dengan laki-laki pujaan, jatuh cinta, lalu menikah dan bahagia selamanya. Imajinasiku saat itu dipenuhi kisah-kisah cinta disney di mana pernikahan itu adalah sebuah akhir dari hubungan percintaan.

Nyatanya, tidak semua hubungan percintaan akan berakhir pada sebuah pernikahan.

Hal ini baru aku sadari ketika aku berusia menjelang 30 tahun, di mana aku mulai belajar tentang banyak hal yang berhubungan dengan pernikahan. Entahlah, aku merasa sudah berada di titik ‘siap’ untuk menikah.

Cinta Itu adalah sebuah perasaan


Dulu, kupikir syarat untuk menikah adalah saling jatuh cinta. Ternyata perasaan cinta dan keinginan menikah itu dua hal yang berbeda.

Cinta merupakan sebuah perasaan yang melibatkan unsur-unsur biokimia dalam otak yang dimulai dari ketertarikan satu sama lainnya, tapi belum tentu menghasilkan sebuah komitmen untuk melangkah ke arah pernikahan.

Dia bisa saja sangat mencintai, tapi belum tentu memiliki komitmen untuk menghabiskan hidup bersamamu. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kelanjutan dari perasaan cinta yang kita miliki.

Pernikahan adalah tindakan lanjut dari sebuah perasaan



Pernikahan merupakan bentuk tanggung jawab yang diberikan oleh kedua pihak untuk saling melengkapi. Nah, untuk menjalankan komitmen seumur hidup ini dibutuhkan kesiapan di antara dua pihak.

Kesiapan ini bukan hanya sekadar perasaan cinta, tapi melibatkan aspek-aspek yang lebih kompleks dalam sebuah hubungan, seperti kesiapan mental, kesiapan fisik, kesiapan spiritual, kesiapan finansial.

Kesiapan fisik meliputi kesehatan reproduksi. Kesehatan fisik di mana bisa menjalankan perannya sebagai suami dan istri, dll.

Kesiapan mental ditujukan pada bagaimana kesiapan dalam menjalani peran sebagai suami/istri, bagaimana nantinya akan beradaptasi dengan peran-peran baru nantinya dan juga tentang manajemen konflik yang tentunya juga harus dipersiapkan.

Kesiapan Spiritual, di mana kedua pasangan siap menjalankan perannya sebagai suami/istri menurut agama, di mana lelaki tugasnya memimpin dan wanita siap menjadi makmum.

Kesiapan finansial, menikah itu menyatukan dua orang untuk tinggal bersama. Pastikan sudah punya cukup dana untuk menghidup 2 orang. Pastikan juga apakah kalian berdua sepakat untuk saling bekerja atau hanya salah seorang.

Sudah dipastikan untuk menjalani komitmen seumur hidup dibutuhkan pasangan yang siap untuk berjuang bersama, saling beradaptasi dan bertumbuh bersama dalam menjalani bahtera yang namanya pernikahan. Jadi, bisa dibilang ya cinta saja tidak cukup.

Cinta itu ibarat pemanis hubungan dan pernikahan adalah tindakan nyata dari perasaan cinta untuk siap berkomitmen bersama.

Pasangan yang siap dengan komitmennya, dia akan mengusahakan supaya hubungan yang tadinya dilandasi cinta ini tetap bertahan, seburuk apapun badai di depan. Namun, jika orang sekadar cinta, belum tentu dia siap melakukan itu semua karena tidak ada komitmen yang dia miliki.

Jatuh cinta itu mudah, tapi mempertahankan komitmen untuk saling mencintai itu bukan perkara mudah. Dibutuhkan dua orang yang siap bekerja sama karena sejatinya pernikahan itu bentuk kerjasama seumur hidup.

Jadi, cinta saja ya tidak cukup karena reaksi kimia dalam otak sifatnya tidak menetap. Tetap butuh ‘spark’ di antara keduanya supaya cinta tetap meletup-letup sepanjang pernikahan.

Pastikan, kamu bersama seseorang yang memang sudah siap.

Komentar

Posting Komentar