"Sudah seberapa banyak kamu mengenal dirimu sendiri?"
Ini sebuah pertanyaan yang sempat menjadi titik balik bagi saya di tahun 2023 ini. Saya yang merasa bahwa selama ini paling mengenal diri sendiri, nyatanya tidak.
Saya bahkan masih meraba-raba hal-hal apa yang saya sukai, apa yang tidak saya sukai. Bahkan, ada sebuah momen di mana saya tidak bisa menyebutkan tipe lelaki ideal yang saya cari sebagai suami. Alhasil relasi saya dengan lawan jenis suka kacau dan membiarkan mereka masuk dalam kehidupan saya tanpa difilter.
Entah kenapa manusia itu selalu punya kecenderungan untuk mengenal orang lain, bukan dimulai dari dirinya sendiri. Mungkin untuk melihat kekurangan atau kelebihan orang lain itu lebih dan apalagi pola pengasuhan dalam keluarga juga cukup berpengaruh.
Dahulu, mungkin saya akan kesulitan untuk mengenal diri sendiri, tapi seiringnya berjalannya waktu. Saya perlu untuk kembali memetakan tentang diri saya sendiri.
Dahulu, saya suka menyebut diri sebagai orang yang ekstrovert, di mana kebutuhan akan bersosialisasi dengan orang lain itu tinggi. Saya cukup mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan tentu saja banyak teman.
Namun, seiring penambahan usia. Saya menyadari ada masanya saya menjadi introvert. Enggan bertemu banyak orang karena merasa energi menjadi cepat habis setelahnya.
Saya beruntung bisa menjadi si ambivert, lebih fleksibel dengan situasi yang tengah saya hadapi.
Yap, saya ini si melankolis yang suka meromantisasi apapun. Cuaca mendung bagi sebagian orang membuat sedih, tapi bagi saya cuaca mendung adalah sumber inspirasi untuk membuat tulisan-tulisan pendek yang menyayat hati atau bahkan quote galau.
Pecinta film romantis ala putri kerajaan dan film percintaan lainnya. Pokoknya segala sesuatu tindakan yang menyentuh hati, saya menyukainya dan tentu saja lagu-lagu cinta adalah keseharian.
Saya bahkan masih meraba-raba hal-hal apa yang saya sukai, apa yang tidak saya sukai. Bahkan, ada sebuah momen di mana saya tidak bisa menyebutkan tipe lelaki ideal yang saya cari sebagai suami. Alhasil relasi saya dengan lawan jenis suka kacau dan membiarkan mereka masuk dalam kehidupan saya tanpa difilter.
Entah kenapa manusia itu selalu punya kecenderungan untuk mengenal orang lain, bukan dimulai dari dirinya sendiri. Mungkin untuk melihat kekurangan atau kelebihan orang lain itu lebih dan apalagi pola pengasuhan dalam keluarga juga cukup berpengaruh.
Dahulu, mungkin saya akan kesulitan untuk mengenal diri sendiri, tapi seiringnya berjalannya waktu. Saya perlu untuk kembali memetakan tentang diri saya sendiri.
Si Ambivert
Dahulu, saya suka menyebut diri sebagai orang yang ekstrovert, di mana kebutuhan akan bersosialisasi dengan orang lain itu tinggi. Saya cukup mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan tentu saja banyak teman.
Namun, seiring penambahan usia. Saya menyadari ada masanya saya menjadi introvert. Enggan bertemu banyak orang karena merasa energi menjadi cepat habis setelahnya.
Saya beruntung bisa menjadi si ambivert, lebih fleksibel dengan situasi yang tengah saya hadapi.
Melankolis yang Suka Romantisme
Yap, saya ini si melankolis yang suka meromantisasi apapun. Cuaca mendung bagi sebagian orang membuat sedih, tapi bagi saya cuaca mendung adalah sumber inspirasi untuk membuat tulisan-tulisan pendek yang menyayat hati atau bahkan quote galau.
Pecinta film romantis ala putri kerajaan dan film percintaan lainnya. Pokoknya segala sesuatu tindakan yang menyentuh hati, saya menyukainya dan tentu saja lagu-lagu cinta adalah keseharian.
Penyuka Fotografi
Sejak masih sekolah dasar saya sudah suka sama fotografi. Kamera pertama yang saya punya adalah yang pakai rol film itu. Bagi saya di sekeliling kita itu ada banyak objek menarik untuk diabadikan.
Objek foto saya sekarang menjadi bergeser, saya sedang menyukai memfoto produk kecantikan. Padahal dulu itu merupakan genre foto kelemahan saya. Sekarang, hasil penataan saya buat foto produk lumayan makin berkembang.
Bagi saya fotografi itu salah satu sarana penghilang stress,
Super Sensitif
Saya merupakan orang yang paling tersentuh, mudah menangis dan juga terkadang lekas emosi.
Adegan sederhana di media sosial membuat saya meneteskan air mata. Apalagi memasuki masa-masa PMS. Emosi rawan banget. Ada kalanya mudah sekali menangis, atau bahkan sering tersinggung.
Terkadang capek juga sih.
Nggak Suka Dikasihani
Lahir memiliki kelainan bawaan, saya nggak suka melihat tatapan orang-orang kepada saya. Rasa kasihan membuat saya seolah-olah merasa lemah. Hal ini yang kadang membuat saya terlalu dekat dengan orang lain.
Percayalah, semua orang sakit itu tidak suka dikasihani. Sebab mereka pun ingin terlihat sama layaknya orang normal lainnya.
Semakin ke sini, saya belajar untuk memahami diri sendiri. Supaya diri lebih bahagia dan tidak bergantung dengan validasi orang lain.
Sudahkah kalian belajar mengenal diri sendiri?
Baca juga:
Well, kita samaan, kak, suka fotografi. Dari kecil udah dikasih tanggung jawab sama ayah kalau ada acara, aku yang jadi sie dokumentasi, dan alhasil kebawa sampai sekarang. Dan tetap menyadari, kalau kemampuan fotografiku belum sebagus yang lain, tapi modal PD aja lagi
BalasHapustetap semangat belajar fotografinya, lama-lama juga akan terbiasa
HapusSuka sekali penulisannya kak, aku masih kesusahan dalam step" nulis biar enak dibaca
BalasHapusterus latihan menulis kak, lama-lama nanti akan menemukan bahasanya sendiri. Jangan lupa, banyak membaca buku juga ya
HapusSalam kenal kak, auto cari tau apa itu Ambivert hehe.. sepertinya untuk menjadi penulis memang kudu luas wawasan. aku yang terbiasa hidup secara datar sampe-sampe ga mudah kaget akutuh karna semua serba aku anggap biasa dan ga penting kini harus lebih aware akan bny hal. lah panjang amat komenku. mampir juga di postinganku ya kak ^^
BalasHapusterima kasih sudah mampir. perluas wawasan biar makin cakep hasil tulisannya. Terima kasih sudah mampir
HapusTulisannya keren kak..
BalasHapusterima kasih
HapusSalam Kenal Kakk, betul banget yaa mungkin ambivert juga seperti coping mechanism nya kita dalam menghadapi orang-orang yang unik yaa Kakk, apalagi kalau bertemu prang extrovert super abis energiku
BalasHapusSalam kenal Mbak Swastikha. Nyatanya memang tidak mudah mengenali diri ya Mbak, aku pun begitu. Aku pun merasa harus sering2 refleksi. Jangan2 MBTI Mbak Swastikha ini INFJ, mudah banget ngerasain sedih. Ahh maaf, aku jadi sok2an paham MBTI segala. Nice to read your writings, btw.
BalasHapusSalam Kenal Kakkk, sebagai ambivert aku setuju banget sama Kakak apalagi kalau kita sudah bertemu si extrovert asliii capek banget rasanya energi auto 5% hehe
BalasHapus"Saya yang merasa bahwa selama ini paling mengenal diri sendiri, nyatanya tidak"
BalasHapusKalimat yang membuat diri saya tertampar ketika membacanya.
kuingin mengenalmu lebih mbaa.. menarik untuk diajak berteman .. <3
BalasHapusmari kita berteman kak
HapusSalam kenal, setuju banget kak sebagai ambivert kita menyesuaikan situasi saja ya. hhehe
BalasHapusSaya malah kayanya over sensitive pas ngadepin masalah. Gampang nangis plus cengeng.
BalasHapus